Diposting oleh
RAGIEL19
| at 09.05
0
komentar
Labels :
Berita
PURWOKERTO-Para perajin tahu dan tempe di Banyumas menjerit. Pasalnya harga kedelai melonjak tajam sejak sebulan lalu. Sebulan lalu, harga kedelai per kilogram hanya Rp 5.600, namun sekarang mencapai Rp 8.000 atau sekitar 40 persen lebih.
"Sebulan ini, harga kedelai naik menjadi Rp 8 ribu, tadinya Rp 5.600," kata Nunung (42), penerus Pabrik Tahu di Kaliputih, RT 1/2 Purwokerto Wetan, Purwokerto Timur.
Nunung mengatakan, kenaikan sampai 40 persen membuat dirinya mengurangi produksi. Kata dia, ketika ada kenaikan, kemudian mengakali dengan menaikan harga produk tahu, justru pembelinya yang kabur. Karena itulah, Nunung pun lebih baik mengurangi produksinya. Sebelum adanya kenaikan harga kedelai, katanya, setiap hari bisa membeli bahan baku sampai 50 kilogram kedelai. Namun, sekarang, jumlahnya menurun sampai separohnya.
"Sekarang bahan bakunya sekitar 25 kilogram saja, itu juga berat. Harga tahu mulai saya jual dari Rp 300, Rp 700, Rp 500 tergantung ukurane. Pembelinya para penjual tahu di Pasar Wage, siomay dan perusahaan-perusahaan swasta di Purwokerto," ucap Nunung sambil menambahkan jika omset dalam seharinya berkurang dari Rp 250-300 ribu menjadi maksimal Rp 200 ribu.
Selain tahu, dampak nyata akibat kenaikan kedelai juga dirasakan perajin tempe di Pliken, Kecamatan Kembaran. Doso (35) dan Leman (40), dua pedagang tempe yang ditemui Radarmas di Pasar Wage mengaku menaikan harga tempe produksinya karena melambungnya harga kedelai. Yang tadinya sepotong Rp 5000 menjadi Rp 6000.
Akibat kenaikan itu, omset pun berkurang. Namun, bila tidak menaikan harga tempe, maka dirinya tidak mendapat keuntungan. Sudah dinaikan saja, ucap dia, biasanya hanya bisa untuk membeli bahan baku lagi.
Kades Kalisari, Cilongok, Wibowo mengungkapkan ada 300 perajin di desanya. Karena kenaikan harga kedelai, hampir 15 persen perajin di antaranya mandek produksi.Wibowo mengatakan, pemerntah semestinya melakukan OP kedelai agar dapat meredam harga kedelai di pasaran. Langkah ini pula kan menyelamatkan para pengrajin kedelai di desanya. (ttg/acd)
Sumber :
http://www.radarbanyumas.co.id/index.php?page=detail_berita&id=737
"Sebulan ini, harga kedelai naik menjadi Rp 8 ribu, tadinya Rp 5.600," kata Nunung (42), penerus Pabrik Tahu di Kaliputih, RT 1/2 Purwokerto Wetan, Purwokerto Timur.
Nunung mengatakan, kenaikan sampai 40 persen membuat dirinya mengurangi produksi. Kata dia, ketika ada kenaikan, kemudian mengakali dengan menaikan harga produk tahu, justru pembelinya yang kabur. Karena itulah, Nunung pun lebih baik mengurangi produksinya. Sebelum adanya kenaikan harga kedelai, katanya, setiap hari bisa membeli bahan baku sampai 50 kilogram kedelai. Namun, sekarang, jumlahnya menurun sampai separohnya.
"Sekarang bahan bakunya sekitar 25 kilogram saja, itu juga berat. Harga tahu mulai saya jual dari Rp 300, Rp 700, Rp 500 tergantung ukurane. Pembelinya para penjual tahu di Pasar Wage, siomay dan perusahaan-perusahaan swasta di Purwokerto," ucap Nunung sambil menambahkan jika omset dalam seharinya berkurang dari Rp 250-300 ribu menjadi maksimal Rp 200 ribu.
Selain tahu, dampak nyata akibat kenaikan kedelai juga dirasakan perajin tempe di Pliken, Kecamatan Kembaran. Doso (35) dan Leman (40), dua pedagang tempe yang ditemui Radarmas di Pasar Wage mengaku menaikan harga tempe produksinya karena melambungnya harga kedelai. Yang tadinya sepotong Rp 5000 menjadi Rp 6000.
Akibat kenaikan itu, omset pun berkurang. Namun, bila tidak menaikan harga tempe, maka dirinya tidak mendapat keuntungan. Sudah dinaikan saja, ucap dia, biasanya hanya bisa untuk membeli bahan baku lagi.
Kades Kalisari, Cilongok, Wibowo mengungkapkan ada 300 perajin di desanya. Karena kenaikan harga kedelai, hampir 15 persen perajin di antaranya mandek produksi.Wibowo mengatakan, pemerntah semestinya melakukan OP kedelai agar dapat meredam harga kedelai di pasaran. Langkah ini pula kan menyelamatkan para pengrajin kedelai di desanya. (ttg/acd)
Sumber :
http://www.radarbanyumas.co.id/index.php?page=detail_berita&id=737
Langganan:
Posting Komentar (Atom)